Pelatih Chelsea, Enzo Maresca, melontarkan kritik pedas terhadap penyelenggaraan Piala Dunia Antarklub 2025 di Amerika Serikat. Kekecewaannya meluap setelah pertandingan babak 16 besar melawan Benfica tertunda selama dua jam akibat cuaca ekstrem. Ia menilai kejadian tersebut sebagai sebuah lelucon dan mempertanyakan kesiapan AS sebagai tuan rumah turnamen besar.
Pertandingan yang berlangsung di Charlotte, Amerika Serikat, akhirnya dimenangkan Chelsea dengan skor 4-1 lewat babak tambahan. Namun, penundaan yang signifikan tersebut meninggalkan dampak buruk bagi jalannya pertandingan dan menimbulkan pertanyaan besar akan manajemen penyelenggaraan turnamen di masa mendatang.
Hujan Deras dan Petir Sebabkan Penundaan Dua Jam
Laga Chelsea melawan Benfica berjalan normal hingga menit ke-85. Chelsea unggul 1-0 berkat gol Reece James.
Namun, tiba-tiba badai petir terdeteksi dalam radius delapan mil dari stadion. Regulasi keselamatan di AS mewajibkan evakuasi, sehingga pertandingan dihentikan.
Penundaan berlangsung hampir dua jam. Pertandingan baru dilanjutkan pukul 00:47 waktu setempat.
Kritik Keras Maresca terhadap Penyelenggaraan Piala Dunia Antarklub
Enzo Maresca, pelatih Chelsea, menyatakan ketidakpuasannya dengan lantang. Ia menilai situasi ini bukan sepak bola.
Ia mempertanyakan kelayakan Amerika Serikat sebagai tuan rumah. Menurut Maresca, jika penundaan terjadi berulang kali, maka AS bukanlah tempat yang tepat untuk menyelenggarakan kompetisi.
Pernyataan Maresca ini menyoroti dampak buruk penundaan terhadap ritme permainan dan performa pemain Chelsea.
Dampak Penundaan dan Ancaman Cuaca Ekstrem terhadap Sepak Bola Global
Selama jeda dua jam, para pemain Chelsea berusaha tetap hangat dengan bersepeda dan juggling bola di dalam stadion.
Maresca mengungkapkan, para pemain menghubungi keluarga untuk memastikan keamanan. Ada yang makan, tertawa, dan bermain ponsel.
Setelah pertandingan dilanjutkan, permainan berubah total. Hal ini menunjukkan dampak negatif penundaan yang panjang.
Kasus penundaan akibat cuaca ekstrem ini bukan yang pertama. Benfica sebelumnya juga mengalami penundaan dua jam saat melawan Auckland City.
Tercatat ada enam penundaan di lima kota berbeda akibat badai dan hujan lebat selama turnamen ini.
Beberapa stadion Piala Dunia 2026 di kota-kota seperti Atlanta, Houston, Dallas, dan Vancouver memang memiliki atap.
Namun, banyak venue lain yang terbuka, sehingga rentan terhadap gangguan cuaca.
Memindahkan turnamen ke musim dingin juga menimbulkan tantangan. Potensi cuaca dingin ekstrem di beberapa wilayah AS dan Kanada menjadi pertimbangan.
Kejadian ini menyoroti tantangan yang dihadapi penyelenggara sepak bola global dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
Pilihan lokasi dan waktu penyelenggaraan turnamen perlu dikaji ulang untuk meminimalisir gangguan cuaca ekstrem demi kelancaran pertandingan.
Ke depannya, perencanaan yang matang dan antisipasi terhadap berbagai kondisi cuaca menjadi hal krusial dalam memastikan suksesnya penyelenggaraan event olahraga berskala internasional.
Insiden di Piala Dunia Antarklub 2025 ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya mempertimbangkan faktor cuaca dalam perencanaan dan penyelenggaraan pertandingan sepak bola, terutama di era perubahan iklim yang semakin ekstrem. Semoga kejadian ini menjadi momentum untuk evaluasi menyeluruh dan perbaikan sistem penyelenggaraan turnamen skala internasional di masa depan.