Video Dramatis Juliana Marins Selamatkan Pendaki Gunung Rinjani

Video Dramatis Juliana Marins Selamatkan Pendaki Gunung Rinjani
Sumber: Liputan6.com

Kematian Juliana Marins, turis Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani, telah menyita perhatian publik. Kejadian ini tidak hanya menimbulkan duka mendalam, tetapi juga memicu kontroversi terkait penanganan insiden dan keputusan pihak Taman Nasional Gunung Rinjani yang memasukkan pemandu Juliana, Ali Mustofa, ke dalam daftar hitam.

Beredarnya video di media sosial yang diduga memperlihatkan upaya penyelamatan Ali Mustofa terhadap Juliana semakin memperkeruh situasi. Video singkat tersebut telah menimbulkan beragam reaksi dari warganet, sebagian besar mengapresiasi upaya Ali meskipun terbatas oleh peralatan dan pengalaman.

Upaya Penyelamatan dan Pengakuan Pemandu

Sebuah video yang diunggah akun Instagram @rinjani.man memperlihatkan Ali Mustofa, pemandu Juliana, mencoba melakukan evakuasi. Meskipun hanya mampu turun 100 meter dari total 200 meter tali yang tersedia karena keterbatasan peralatan dan pengalaman, upaya Ali tersebut mendapat apresiasi dari banyak pihak.

Keterangan video tersebut menjelaskan bahwa Ali memutuskan untuk kembali naik karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan. Liputan6.com telah menghubungi pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani untuk meminta klarifikasi terkait pencantuman nama Ali dalam daftar hitam, namun belum mendapat tanggapan.

Sementara itu, Ali sendiri memberikan keterangan kepada media Brasil, *O Globo*, bahwa ia tidak meninggalkan Juliana. Ia menjelaskan kronologi kejadian dari sudut pandangnya.

Hasil Autopsi Ulang dan Tuntutan Hukum

Keluarga korban meminta autopsi ulang jenazah Juliana Marins melalui Kantor Pembela Umum Persatuan Brasil (DPU). Hasil autopsi ulang ini diharapkan dapat mendukung penyelidikan internasional terkait kematiannya.

Pembela hak asasi manusia regional di Rio de Janeiro, Taísa Bittencourt, menyatakan bahwa jika terbukti ada kelalaian dari pihak berwenang Indonesia, Brasil dapat membuka penyelidikan sendiri melalui Kepolisian Federal berdasarkan prinsip yurisdiksi ekstrateritorial.

Taísa mengungkapkan telah meminta Kepolisian Federal untuk menyelidiki kemungkinan kelalaian dalam penanganan kasus ini. Namun, hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Kepolisian Federal Brasil.

Ali menjelaskan bahwa Juliana membayar Rp 2,5 juta untuk paket wisata pendakian Gunung Rinjani. Ia juga telah melaporkan kejadian tersebut kepada agen tur tempatnya bekerja, yang kemudian menghubungi pihak berwenang untuk meminta bantuan darurat.

Pemakaman Juliana dan Respon Pemerintah Indonesia

Autopsi terhadap Juliana telah selesai pada Rabu, 2 Juli 2025, waktu setempat. Jenazah kemudian diserahkan kepada keluarga dan disemayamkan pada Jumat, 4 Juli 2025, di Niterói, kampung halamannya.

Upacara pemakaman berlangsung di Pemakaman Parque da Colina, Pendotiba. Kemungkinan adanya kelalaian dalam penanganan kasus ini dapat berujung pada tuntutan hukum internasional terhadap Indonesia.

Menanggapi potensi tuntutan hukum tersebut, Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan (Menko Kumham Imipas) Yusril Ihza Mahendra menyatakan bahwa pemerintah Indonesia belum menerima surat atau nota diplomatik resmi dari pemerintah Brasil terkait hal ini.

Yusril menjelaskan bahwa ancaman tuntutan hukum tersebut berasal dari lembaga independen Brasil yang menangani persoalan HAM. Pemerintah Indonesia akan menunggu laporan resmi dari otoritas terkait sebelum menentukan langkah selanjutnya.

Kasus kematian Juliana Marins di Gunung Rinjani menyoroti pentingnya standar keselamatan dan prosedur penyelamatan yang memadai dalam kegiatan pendakian. Investigasi yang menyeluruh dan transparan diharapkan dapat memberikan keadilan bagi keluarga korban dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Perkembangan lebih lanjut dari investigasi oleh pihak Indonesia dan Brasil akan terus dinantikan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *