Raja Charles Nonaktifkan Kereta Ratu: Anggaran Negara Terdampak

Raja Charles Nonaktifkan Kereta Ratu: Anggaran Negara Terdampak
Sumber: Liputan6.com

Rumah Tangga Kerajaan Inggris baru-baru ini mengumumkan penghentian operasional Kereta Kerajaan, sebuah moda transportasi mewah yang selama ini menjadi favorit keluarga kerajaan. Pengumuman ini disampaikan melalui Laporan Hibah Kedaulatan 2024-2025 yang dirilis pada 30 Juni 2025. Keputusan tersebut diambil setelah dilakukan peninjauan menyeluruh terhadap penggunaan dan nilai uang yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kereta tersebut.

Laporan tersebut menyatakan bahwa Kereta Kerajaan akan dinonaktifkan sebelum kontraknya berakhir pada Maret 2027. Hal ini menjawab spekulasi yang beredar sejak Maret 2025 terkait masa depan kereta tersebut setelah wafatnya Ratu Elizabeth II.

Biaya Operasional Kereta Kerajaan yang Tinggi

Kereta Kerajaan, yang sering disebut sebagai “istana di atas roda,” memang menawarkan kenyamanan dan fasilitas lengkap bagi keluarga kerajaan selama perjalanan.

Dengan sembilan gerbong mewah, termasuk kantor, kamar tidur, dan ruang makan, kereta ini layaknya rumah kedua bagi para penumpang kerajaan.

Namun, kenyamanan tersebut datang dengan harga yang sangat mahal. Pengoperasian Kereta Kerajaan, yang dilakukan oleh DB Cargo UK, ternyata menghabiskan biaya yang sangat signifikan.

Sebagai contoh, perjalanan Raja Charles selama dua hari ke North Yorkshire pada Juni 2023 menelan biaya sebesar 71.340 dolar AS (sekitar Rp1,155 miliar).

Meskipun kereta tersebut menggunakan bahan bakar minyak sayur hidro-olahan yang ramah lingkungan, Raja Charles yang dikenal peduli lingkungan, hanya menggunakannya dua kali pada tahun 2023. Tingginya biaya operasional menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan ini.

Raja Charles III: Kurang Sentimental Dibanding Ratu Elizabeth II

Dibandingkan dengan mendiang ibunya, Ratu Elizabeth II, yang menurut laporan *The Telegraph* pernah menyelamatkan kereta ini dari pemusnahan pada tahun 2017, Raja Charles tampaknya kurang memiliki sentimen khusus terhadap Kereta Kerajaan.

Hal ini terlihat dari frekuensi penggunaan kereta yang relatif rendah selama masa pemerintahannya.

Bahkan, pewaris takhta, Pangeran William, dan Kate Middleton lebih sering terlihat menggunakan transportasi publik untuk menghadiri acara-acara resmi mereka.

Keputusan untuk menghentikan operasional Kereta Kerajaan menunjukkan prioritas Raja Charles dalam pengelolaan keuangan kerajaan, mengutamakan efisiensi dan penghematan anggaran.

Pendapatan Kerajaan Meningkat, Proyek Renovasi Berlanjut

Laporan Hibah Kedaulatan juga memberikan gambaran tentang keuangan kerajaan secara keseluruhan.

Total Hibah Kedaulatan tetap sebesar 108,8 juta dolar AS selama empat tahun berturut-turut.

Angka ini terbagi menjadi 65,3 juta dolar AS untuk pendanaan inti dan 43,5 juta dolar AS untuk renovasi Istana Buckingham.

Menariknya, pendapatan tambahan kerajaan meningkat menjadi 27,1 juta dolar AS.

Peningkatan pendapatan ini sebagian besar didorong oleh jumlah pengunjung Istana Buckingham yang memecahkan rekor selama Pembukaan Musim Panas dan tur eksklusif di East Wing yang baru direnovasi.

Renovasi Istana Buckingham sendiri terus berlanjut dengan pesat, ditandai dengan pemasangan kabel listrik dan pipa baru, serta peningkatan aksesibilitas bagi pengunjung.

Penjaga Dompet Rahasia, James Chalmers, menyatakan bahwa nilai “kekuatan lunak” kerajaan kini semakin dipahami, baik di dalam maupun luar negeri.

Hal ini menunjukkan bahwa keluarga kerajaan terus menjalankan tugas dan perannya dalam melayani negara, kerajaan, dan Persemakmuran.

Penghentian operasional Kereta Kerajaan menandai babak baru dalam sejarah keluarga kerajaan Inggris, menunjukkan komitmen Raja Charles dalam mengelola keuangan kerajaan secara efisien dan efektif. Meskipun kereta tersebut memiliki nilai sejarah dan sentimental, pertimbangan efisiensi dan biaya operasional yang tinggi akhirnya menjadi faktor penentu dalam keputusan ini.

Pos terkait