Tumpukan ponsel dan kabel bekas di laci rumah mungkin sudah pemandangan biasa. Namun, “kuburan sirkuit” ini menyimpan potensi berharga yang seringkali terabaikan. Di balik tampilannya yang usang, tersimpan logam dan mineral berharga, termasuk emas. Penelitian terbaru menunjukkan cara aman dan ramah lingkungan untuk mengekstraknya.
Satu papan sirkuit cetak diperkirakan mengandung sekitar 200-900 miligram emas per kilogram. Ekstraksi emas dari limbah elektronik (e-waste) selama ini menggunakan metode tradisional yang padat karya dan berbahaya. Metode ini sering melibatkan bahan kimia beracun seperti sianida dan merkuri, membahayakan lingkungan dan pekerja.
Metode Ekstraksi Emas yang Ramah Lingkungan
Peneliti di Flinders University, Australia, telah mengembangkan metode baru untuk mengekstrak dan mendaur ulang emas dari e-waste. Metode ini jauh lebih aman dan berpotensi mengurangi dampak lingkungan. Mereka menggunakan asam trikloroisosianurat, senyawa yang umum digunakan dalam disinfeksi air, sebagai reagen pelindian.
Proses ini melarutkan emas tanpa memerlukan bahan kimia berbahaya. Keberhasilan metode ini telah didemonstrasikan dalam ekstraksi emas dari e-waste dan bijih bekas. Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal *Nature Sustainability*. Para peneliti berharap metode ini dapat berkontribusi pada produksi emas yang lebih ramah lingkungan.
Mengapa Emas Digunakan dalam Perangkat Elektronik?
Emas telah lama menjadi logam berharga, digunakan dalam berbagai aplikasi, dari mata uang hingga perhiasan. Dalam industri elektronik, emas sangat berharga karena konduktivitas listriknya yang tinggi, daya tahan, dan ketahanan terhadap korosi yang luar biasa.
Oleh karena itu, sebagian besar perangkat elektronik mengandung sejumlah kecil emas. Meskipun ada upaya ekstraksi dan daur ulang emas dari perangkat elektronik, sebagian besar masih berakhir di tempat pembuangan sampah. PBB memperkirakan dunia menghasilkan 62 juta ton sampah elektronik pada tahun 2022, meningkat 82 persen dari tahun 2010.
Masalah Lingkungan dari Ekstraksi Emas Konvensional
Proses pelindian emas tradisional memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Proses ini membutuhkan banyak air dan dapat menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan. Limpasan dari fasilitas ekstraksi dapat mencemari rantai makanan dan satwa liar.
Potensi dan Implementasi Metode Baru
Metode ekstraksi emas baru dari Flinders University menawarkan solusi yang lebih berkelanjutan. Proses ini melibatkan pelarutan emas menggunakan asam trikloroisosianurat dan pengikatan emas terlarut ke polimer kaya sulfur.
Polimer ini dirancang untuk menangkap emas secara selektif. Setelah emas diekstraksi, polimer dapat terurai kembali menjadi monomer, meninggalkan emas murni yang siap didaur ulang. Para peneliti telah menguji metode ini pada e-waste dan konsentrat bijih, menunjukkan efektivitasnya.
Langkah Selanjutnya dan Potensi Dampak
Para peneliti saat ini berkolaborasi dengan perusahaan pertambangan dan daur ulang e-waste untuk menguji proses ini dalam skala yang lebih besar. Mereka berharap metode ini dapat memberikan solusi berkelanjutan bagi masalah limbah elektronik global dan meningkatkan praktik pertambangan yang lebih ramah lingkungan.
Meskipun metode baru ini menjanjikan, masyarakat juga dapat berkontribusi pada daur ulang e-waste. Banyak kota besar memiliki pusat daur ulang yang menerima berbagai peralatan elektronik bekas. Beberapa tempat barang bekas bahkan akan membayar sejumlah uang untuk perangkat bekas yang mengandung logam berharga.
Pemanfaatan metode ekstraksi emas yang ramah lingkungan ini berpotensi besar mengurangi dampak buruk pertambangan dan pengelolaan limbah elektronik. Ini menjanjikan masa depan yang lebih berkelanjutan dalam industri elektronik dan pertambangan. Dengan demikian, kita dapat memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang ada sambil mengurangi jejak lingkungan kita.





