Presiden Donald Trump kembali mencuri perhatian publik dengan peluncuran produk terbarunya: parfum dan cologne bermerek Victory 45-47. Produk ini dipasarkan dengan harga yang cukup fantastis, yaitu 249 USD atau sekitar Rp 4 jutaan. Trump sendiri mempromosikan parfum ini sebagai simbol Kemenangan, Kekuatan, dan Kesuksesan. Tersedia dalam dua varian, untuk pria dan wanita, parfum ini diharapkan akan menarik minat para pendukungnya.
Namun, peluncuran parfum mewah ini ternyata menuai kontroversi dan kritik tajam. Banyak yang menyoroti waktu peluncuran yang bertepatan dengan pengesahan RUU pemotongan pajak dan belanja yang kontroversial. Hal ini memicu gelombang protes dan kecaman dari berbagai pihak.
Kontroversi Peluncuran Parfum Victory 45-47
Peluncuran parfum bertepatan dengan disahkannya RUU One Big Beautiful oleh Senat Republik. RUU ini memangkas dana negara sebesar 128 miliar USD untuk Program Bantuan Gizi Tambahan (SNAP) dan hampir 880 miliar USD untuk Medicaid. Pemotongan ini berpotensi merampas akses kesehatan jutaan warga Amerika.
Keputusan tersebut menimbulkan kecaman luas. Banyak selebriti bahkan menandatangani surat terbuka untuk menentang pemotongan dana tersebut. Kritik pun membanjiri media sosial, mempertanyakan kesesuaian waktu peluncuran parfum mahal di tengah kondisi sosial ekonomi yang memprihatinkan.
Seorang pengguna daring menyindir, “16 juta warga Amerika akan kehilangan layanan kesehatan mereka, tetapi belilah parfum saya yang menjijikkan itu…”. Kritik serupa juga datang dari kelompok kampanye Republicans Against Trump yang menuduh Trump memanfaatkan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri.
Trump dan Upaya Memonetisasi Namanya
Peluncuran parfum Victory 45-47 bukanlah langkah bisnis pertama Trump pasca jabatannya sebagai presiden. Sebelumnya, ia telah meluncurkan berbagai produk bernama Trump, mulai dari koin perak hingga mata uang kripto.
Mata uang kripto ‘$TRUMP’ dilaporkan telah menghasilkan keuntungan hingga 315 juta USD sejak diluncurkan Januari lalu. Langkah-langkah ini memicu perdebatan mengenai etika dan konflik kepentingan, terutama mengingat sejarah Trump dalam bisnis dan politik.
Konsultan komunikasi, Rodericka Applewhaite, mengingatkan bahwa ada preseden di mana calon presiden menarik diri dari bisnis pribadi untuk menghindari konflik kepentingan. Namun, Trump tampaknya tak terpengaruh oleh kekhawatiran tersebut.
Animatronik Trump di Disney World: Sebuah Simbol Lain?
Selain peluncuran parfum, perhatian publik juga tertuju pada pembukaan kembali atraksi Hall of Presidents di Walt Disney World. Salah satu yang menarik perhatian adalah patung animatronik Presiden Donald Trump yang telah diperbarui.
Animatronik Trump versi 2017 pernah menuai kritik karena dianggap lebih mirip Hillary Clinton. Versi terbaru kini tampil dengan setelan jas dan dasi baru, serta pin bendera Amerika. Proses renovasi yang memakan waktu 11 bulan ini juga memicu berbagai spekulasi.
Pembaruan animatronik Trump ini menjadi sebuah simbol lain dari kontroversi yang melekat pada sosok Trump. Baik peluncuran parfum maupun pembaruan animatronik ini memberikan perspektif yang beragam dari masyarakat, mulai dari dukungan hingga kecaman.
Pada akhirnya, peluncuran parfum Victory 45-47 menjadi cerminan dari gaya bisnis Trump yang kontroversial. Bagi pendukungnya, parfum ini mungkin simbol loyalitas, sementara bagi para kritikus, ini adalah contoh lain dari upaya Trump untuk memonetisasi namanya dan memanfaatkan jabatan publik untuk keuntungan pribadi. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana figur publik terus beradaptasi dan memanfaatkan popularitasnya bahkan setelah meninggalkan jabatan resmi.





