Idul Adha, hari raya besar umat Islam, bukan hanya dirayakan dengan penyembelihan hewan kurban. Shalat Idul Adha, ibadah sunnah yang sangat dianjurkan, menjadi penanda awal perayaan ini. Shalat yang dilakukan setahun sekali ini memiliki nilai spiritual tinggi, khususnya jika dijalankan dengan pemahaman mendalam akan syarat dan tata caranya. Bagi umat muslim yang tak menunaikan ibadah haji, Idul Adha tetap memiliki makna besar. Menunaikan shalat Idul Adha berjamaah di lapangan atau masjid menjadi bagian penting dari perayaan tersebut. Memahami syarat, tata cara, dan hukum shalat Idul Adha sangat penting agar ibadah ini diterima Allah SWT.
Syarat Sah Shalat Idul Adha
Shalat Idul Adha, sebagai ibadah sunnah, memiliki ketentuan khusus yang harus dipenuhi agar sah. Kesempurnaan ibadah ini bergantung pada terpenuhinya seluruh syarat.
Dilaksanakan Setelah Terbit Matahari
Shalat Idul Adha dimulai setelah matahari terbit setinggi satu tombak, sekitar 15-20 menit setelah terbit. Waktu pelaksanaan berakhir sebelum masuk waktu Zuhur (zawal). Pelaksanaan lebih awal dianjurkan agar proses penyembelihan hewan kurban dapat segera dilakukan.
Dilaksanakan Secara Berjamaah
Meskipun sah dilakukan sendiri (munfarid), shalat Idul Adha lebih utama dikerjakan secara berjamaah. Imam Syafi’i dalam *Al-Iqna’ fi Fiqh Asy-Syafi’i* menekankan keutamaan pelaksanaan berjamaah, baik di tanah lapang maupun masjid.
Disertai Khutbah
Khutbah disampaikan setelah shalat, bukan sebelumnya seperti khutbah Jumat. Khutbah ini hukumnya sunnah, namun sangat dianjurkan untuk didengarkan. Hadits dari Abdullah bin Saib meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW memberikan pilihan untuk mendengarkan khutbah atau langsung pulang setelah shalat.
Tata Cara Pelaksanaan Shalat Idul Adha
Shalat Idul Adha terdiri dari dua rakaat dengan beberapa perbedaan dari shalat sunnah lainnya. Berikut tata cara pelaksanaannya secara detail.
Niat
Niat dilakukan dalam hati, namun dapat juga dilafalkan: “أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَـــالَى” (Usholli sunnatan ‘iidil adha rok’ataini mustaqbilal qiblati imaman / makmuuman lillaahi ta’aalaa) yang artinya, “Aku berniat salat sunnah Idul Adha dua rakaat (sebagai imam/makmum) karena Allah Ta’ala.”
Takbiratul Ihram dan Takbir Tambahan
Takbiratul ihram dilakukan dengan mengucapkan “Allahu Akbar” sekali. Pada rakaat pertama, tambahkan tujuh takbir, dan lima takbir pada rakaat kedua. Di antara setiap takbir, disunnahkan membaca: “سُبْحَانَ اللّٰهِ وَالْـحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ” (Subhanallahi walhamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar) yang artinya, “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar.”
Membaca Al-Fatihah dan Surat Lainnya
Setelah takbir, bacalah Al-Fatihah dan surat pendek, seperti Al-A’la (QS. Al-A’la: 1–19) di rakaat pertama dan Al-Ghasyiyah (QS. Al-Ghasyiyah: 1–26) di rakaat kedua, sesuai sunnah Rasulullah SAW.
Melanjutkan Rukun Shalat
Lanjutkan shalat seperti biasa, meliputi ruku’, i’tidal, sujud dua kali, dan tasyahud akhir sebelum salam. Rakaat kedua dimulai dengan 5 takbir tambahan.
Mendengarkan Khutbah
Setelah salam, dengarkan khutbah yang berisi nasihat dan pesan keagamaan, terutama terkait makna kurban dan keikhlasan.
Hukum Melaksanakan Shalat Idul Adha
Shalat Idul Adha hukumnya sunnah muakkadah, sunnah yang sangat dianjurkan. Hukum ini berdasarkan ijma’ ulama dan tertuang dalam berbagai kitab fikih.
Imam Nawawi dalam *Al-Majmu’* menyatakan shalat Id dua rakaat hukumnya sunnah muakkadah, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Rasulullah SAW juga memerintahkan kaum wanita untuk ikut serta dalam shalat Id.
Shalat Idul Adha merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Dengan memahami syarat, tata cara, dan hukumnya, serta menunaikannya dengan khusyuk, ibadah ini akan lebih sempurna dan membawa keberkahan. Semoga pemahaman yang komprehensif ini membantu umat muslim dalam menjalankan ibadah Idul Adha dengan lebih bermakna.