Pacu Jalur Riau: Tradisi Unik Mendunia Lewat TikTok

Pacu Jalur Riau: Tradisi Unik Mendunia Lewat TikTok
Sumber: Liputan6.com

Tren “aura farming” di TikTok telah membawa sorotan tak terduga pada Pacu Jalur, tradisi perahu layar asal Riau. Istilah “aura farming,” yang menggambarkan upaya untuk menciptakan citra tertentu di media sosial, kini dikaitkan dengan video-video para pendayung muda Pacu Jalur di TikTok.

Gerakan dinamis para pendayung muda Riau yang memutar dan mengayun tangan untuk menjaga keseimbangan di atas perahu yang melaju kencang, ditambah iringan lagu “Young Black & Rich” oleh Melly Mike, telah memikat hati warganet global. Video-video ini pun memicu pembuatan berbagai *meme* yang meniru gaya mereka.

Mengenal Pacu Jalur: Perlombaan Perahu Layar Tradisional Riau

Pacu Jalur, secara harfiah berarti perlombaan perahu, merupakan tradisi yang kaya sejarah dan budaya dari Riau. Perlombaan ini digelar setiap Agustus di Tepian Narosa, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.

Festival Pacu Jalur, bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN), menyuguhkan atraksi menarik. Perlombaan dimulai dengan tiga letusan meriam karbit sebagai tanda dimulainya perlombaan.

Setiap perahu atau “jalur” diawaki oleh beberapa peran penting. Tukang concang memberikan aba-aba, tukang pinggang bertindak sebagai juru mudi, tukang tari menambahkan unsur seni, dan tukang onjay berperan lain dalam tim.

Pembuatan setiap jalur membutuhkan biaya yang cukup besar. Satu unit perahu dapat menelan biaya hingga Rp100 juta, yang didanai secara swadaya oleh masyarakat setempat, mencerminkan semangat gotong royong yang kuat.

Setiap perahu didayung oleh 50-60 orang, tergantung pada panjangnya jalur. Panjang jalur sendiri biasanya mencapai sekitar 40 meter.

Asal-Usul Pacu Jalur: Dari Sarana Transportasi Hingga Warisan Budaya Nasional

Menurut tradisi lisan masyarakat Kuantan Singingi, Pacu Jalur awalnya berfungsi sebagai alat transportasi utama. Sungai Batang Kuantan menjadi jalur utama transportasi dari hulu hingga Cerenti.

Pada masa lalu, jalur ini sangat penting. Jalur digunakan untuk mengangkut hasil bumi seperti buah-buahan dan tebu. Satu perahu mampu mengangkut 40-60 orang.

Seiring waktu, perahu-perahu ini dihias dengan motif khas daerah. Motif tersebut seringkali menggambarkan hewan-hewan seperti ular, buaya, dan harimau.

Pemerintah Indonesia telah mengakui Pacu Jalur. Tradisi ini resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional Indonesia.

Viralitas Pacu Jalur di media sosial dinilai positif. Kepala Dinas Pariwisata Riau, Haji Roni Rakhmat, melihatnya sebagai momentum untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan membangkitkan kebanggaan masyarakat lokal.

Festival Pacu Jalur: Perayaan Sejarah dan Budaya

Festival Pacu Jalur telah diselenggarakan sejak masa kolonial Belanda. Awalnya, festival ini digelar untuk merayakan hari lahir Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus 1890.

Setelah kemerdekaan, Festival Pacu Jalur bergeser untuk merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Festival ini juga pernah dirayakan untuk berbagai hari besar Islam.

Pacu Jalur merupakan perpaduan olahraga, seni, dan kepercayaan spiritual. Masyarakat percaya peran pawang perahu sangat penting untuk meraih kemenangan.

Pada tahun 2024, Festival Pacu Jalur diikuti oleh 225 peserta. Hadiah untuk para pemenang cukup besar, mulai dari puluhan hingga jutaan rupiah.

Selain hadiah utama, ada juga kontribusi jalur sebesar Rp1 juta per jalur. Total dana hadiah dan kontribusi mencapai Rp215 juta.

Popularitas Pacu Jalur berkat tren aura farming di TikTok membuktikan daya tarik budaya lokal yang mampu menembus batasan geografis dan menarik perhatian global. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk lebih menghargai dan melestarikan tradisi-tradisi budaya lainnya di Indonesia.

Pos terkait