Mega Proyek Giant Sea Wall Prabowo: Ancaman Rusak Laut & Nelayan?

Mega Proyek Giant Sea Wall Prabowo: Ancaman Rusak Laut & Nelayan?
Sumber: Suara.com

Rencana pembangunan Giant Sea Wall di pantai utara Jawa menuai kontroversi. Proyek besar ini dikhawatirkan menimbulkan kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi bagi masyarakat.

Bahaya Giant Sea Wall bagi lingkungan dan perekonomian rakyat sama parahnya dengan proyek reklamasi, menurut para ahli.

Dampak Lingkungan yang Merusak

Muhamad Karim, Dosen Ekonomi Sumber Daya Alam Universitas Trilogi Jakarta, memprediksi proyek ini akan berdampak buruk pada ekosistem pesisir.

Penghalang laut raksasa ini bukan hanya sekadar solusi mitigasi perubahan iklim dan abrasi. Dampak ekologisnya terhadap ekosistem pesisir Pantura Jawa akan sangat parah.

Kerusakan ekosistem laut, termasuk berkurangnya suplai ikan untuk nelayan, akan mengancam mata pencaharian mereka.

Aktivitas penangkapan ikan di pantai utara Jawa berpotensi terganggu. Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa sumber daya ikan di Pantura Jawa sudah mengalami eksploitasi berlebih.

Penggusuran dan Kerugian Ekonomi

Proyek Giant Sea Wall dikhawatirkan akan menggusur masyarakat pesisir. Hal ini serupa dengan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proyek reklamasi.

Karim menilai, Giant Sea Wall akan mengakibatkan kerugian ekonomi bagi nelayan dan masyarakat pesisir lainnya. Mereka akan kehilangan mata pencaharian mereka.

Contoh nyata dampak negatif Giant Sea Wall sudah terlihat di Jakarta Utara. Tembok laut yang dibangun justru menyebabkan abrasi besar-besaran.

Alternatif yang Lebih Ramah Lingkungan

Sebagai alternatif, Karim menyarankan pemerintah untuk fokus pada restorasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir.

Penanaman kembali mangrove dan restorasi terumbu karang merupakan solusi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Dengan menanam mangrove sepanjang 200 meter di sepanjang Pantura Jawa, dampak perubahan iklim dan abrasi dapat dicegah secara efektif.

Indonesia telah memiliki teknologi ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini. Namun, pemerintah tampaknya lebih memilih proyek-proyek yang menghasilkan keuntungan ekonomi jangka pendek.

Rehabilitasi ekosistem tidak membutuhkan biaya triliunan rupiah, namun mampu memulihkan lingkungan dan memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat melalui ekowisata, misalnya.

Sementara itu, pembangunan Giant Sea Wall justru menguntungkan kontraktor, bukan masyarakat luas.

Presiden Prabowo Subianto sebelumnya telah menekankan pentingnya proyek Giant Sea Wall. Namun, pertimbangan dampak lingkungan dan sosial ekonomi perlu diutamakan.

Pembangunan yang berkelanjutan dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat harus menjadi prioritas utama pemerintah dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan abrasi pantai.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *