Kisah Inspiratif Gus Dur: Gagal Bangun Pabrik Kecap?

Kisah Inspiratif Gus Dur: Gagal Bangun Pabrik Kecap?
Sumber: Liputan6.com

Kisah inspiratif sekaligus mengharukan kembali beredar tentang Presiden ke-4 Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Cerita ini bukan sekadar kisah bisnis, melainkan refleksi nilai pengorbanan dan kepedulian beliau yang luar biasa. Dari cerita sederhana hingga kejadian luar biasa dalam hidupnya, selalu terpancar ketulusan dan cinta Gus Dur kepada rakyat kecil.

Dari Cita-Cita Pabrik Kecap hingga Pengorbanan yang Tak Ternilai

Di era 1980-an, sebelum menjadi tokoh nasional, Gus Dur hidup sederhana. Beliau hanya memiliki satu mobil tua, Citroën merah kesayangannya yang ia sebut “sitrun merah”. Mobil itu bukan kendaraan mewah, namun menjadi sahabat setia yang menemani perjalanan dakwahnya dari satu pesantren ke pesantren lain.

Demi menghidupi keluarga, Gus Dur bertekad berwirausaha. Ia berencana membangun pabrik kecap rumahan. Untuk mewujudkan impian tersebut, ia rela menjual mobil kesayangannya.

Sitrun merah terjual seharga Rp 3 juta, jumlah yang cukup besar pada masa itu. Uang hasil penjualan tersebut diterima Gus Dur dengan senyum haru. Uang itu diharapkan dapat menjadi modal membangun pabrik kecap.

Keputusan Sulit: Memilih Umat di Atas Keinginan Pribadi

Namun takdir berkata lain. Belum genap sehari menerima uang hasil penjualan mobil, Gus Dur mendapat kabar pilu. Seorang kiai dari daerah lain mengabarkan kesulitan umat yang membutuhkan bantuan dana untuk kegiatan keagamaan dan sosial.

Tanpa ragu, Gus Dur menyerahkan seluruh uang hasil penjualan mobilnya kepada kiai tersebut. Keputusan ini diambil tanpa negosiasi, murni dari keikhlasan hati.

Rencana membangun pabrik kecap pun gagal. Modal telah habis, dan harapan untuk hidup lebih nyaman sirna. Namun, Gus Dur tetap tenang dan yakin.

Istri Gus Dur, Ibu Sinta Nuriyah, hanya bisa bertanya lirih tentang rencana mereka selanjutnya. Jawaban Gus Dur bukan kata-kata, melainkan ketenangan dan keyakinan pada rencana Allah.

Gus Dur: Wali yang Menyamar

Kisah ini menunjukkan kepekaan Gus Dur terhadap penderitaan sesama. Beliau selalu mengutamakan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi. Bahkan saat beliau hampir tak memiliki apa pun, beliau tetap memberi.

Meskipun pabrik kecapnya gagal terwujud, Gus Dur tak pernah kekurangan sahabat dan jalan keluar. Ia tak sempat menikmati hasil usahanya, tetapi meninggalkan warisan keteladanan yang jauh lebih berharga.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa kekayaan spiritual jauh lebih berharga daripada kekayaan materi. Gus Dur, walau hidup sederhana, selalu memiliki hati yang besar dan cinta yang tak pernah habis kepada rakyatnya.

Banyak yang menyebut Gus Dur sebagai wali yang menyamar. Sosok yang selalu memberi walau dirinya sendiri tak punya apa-apa. Keberkahan bukan soal jumlah, melainkan keikhlasan. Gus Dur telah menunjukkan kekuatan terbesar adalah memberi, meski harus kehilangan yang terakhir dimilikinya.

Kisah Gus Dur ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Bahwa ketulusan dan pengorbanan untuk sesama akan selalu membawa keberkahan tersendiri, bahkan di luar batas materi yang kita miliki. Spirit inilah yang seharusnya terus kita teladani.

Pos terkait