Sebuah video di TikTok telah menyentuh hati jutaan orang. Video tersebut menampilkan Hafizi Hamdan, seorang pemuda berusia 25 tahun yang tuli dan bisu, sedang berdoa di makam ibunya menggunakan bahasa isyarat.
Keharuan yang terpancar dari video tersebut telah menuai banyak komentar positif dari warganet. Tindakan Hafizi ini menjadi pengingat akan kekuatan ikatan keluarga dan pengabdian seorang anak kepada orang tuanya.
Doa Dalam Bisu: Kisah Hafizi dan Ibunya
Video yang diunggah oleh bibinya, Hasmalina Ahmad, telah ditonton hampir empat juta kali. Video tersebut memperlihatkan Hafizi berdiri di samping makam ibunya, Salawati Ahmad, yang meninggal dunia Agustus tahun lalu karena kanker ovarium.
Gerakan tangan Hafizi yang lembut dan penuh makna dalam melafalkan doa dalam bahasa isyarat begitu menyentuh. Ia terlihat membaca Al-Fatihah sebelum melambaikan tangan sebagai ucapan perpisahan.
Adegan tersebut direkam di Pemakaman Muslim Kampung Mahang, Seremban, Malaysia.
Hidup Sederhana, Cinta yang Besar
Hasmalina menggambarkan keponakannya sebagai pribadi yang sadar, penyayang, dan bertanggung jawab. Meskipun mengalami gangguan pendengaran dan bicara sejak lahir, Hafizi tetap aktif dan mandiri.
Sebagai anak tertua dari dua bersaudara, Hafizi kini tinggal bersama neneknya dan mendapat dukungan penuh dari keluarga Hasmalina. Ia kerap membantu mengelola kantin sekolah.
Hafizi mengungkapkan rasa rindunya yang mendalam kepada ibunya. Ia sering berziarah ke makam ibunya dan selalu berdoa untuknya.
Melampaui Batasan, Menyentuh Hati
Viralitas video Hafizi tidak hanya menyoroti kesedihan kehilangan, tetapi juga kekuatan cinta yang melampaui keterbatasan bahasa dan kemampuan.
Banyak warganet tergerak dan merasa tersentuh. Mereka merasa terinspirasi untuk lebih menghargai keluarga dan orang terkasih.
Hasmalina berharap video tersebut dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyandang disabilitas. Mereka bukannya kekurangan, melainkan hanya memiliki cara mengekspresikan diri yang berbeda.
Cinta mereka, kata Hasmalina, mungkin bahkan lebih dalam.
Mempelajari Bahasa Isyarat
Bahasa isyarat menjadi alat komunikasi penting bagi komunitas tuli di seluruh dunia. Pertanyaannya, bolehkah orang yang bukan tuli mempelajari bahasa isyarat?
Menurut Nissi Taruli Felicia, Co-Founder Feminis Themis yang juga seorang tuli, bahasa isyarat boleh dipelajari siapa pun. Pengetahuan akan bahasa isyarat akan meningkatkan kesadaran dan inklusifitas terhadap komunitas tuli.
Namun, Nissi menyarankan agar pembelajaran bahasa isyarat dilakukan secara langsung oleh penyandang disabilitas tuli. Pengalaman langsung akan lebih berkesan dan efektif.
Pembelajaran tidak harus melalui lembaga formal. Mempelajari dari lingkungan sekitar, misalnya dari teman atau keluarga yang tuli, bisa menjadi langkah awal yang baik.
Kisah Hafizi menjadi bukti bahwa cinta dan kasih sayang dapat diungkapkan melalui berbagai cara, melampaui batasan fisik dan komunikasi. Video tersebut memberikan inspirasi dan pelajaran berharga bagi kita semua untuk lebih menghargai keluarga dan sesama manusia.





