Pemakaman Juliana Marins, turis Brasil yang meninggal dunia saat mendaki Gunung Rinjani, telah selesai dilaksanakan di Niteroi, kota kelahirannya. Ayahnya, Manoel Marins, turut hadir dalam upacara tersebut.
Kehadiran Manoel dalam pemakaman sekaligus menjadi kesempatannya untuk kembali mengkritik Indonesia terkait peristiwa nahas yang menimpa putrinya. Ia mengecam kurangnya infrastruktur dan layanan penyelamatan di Gunung Rinjani sebagai penyebab utama kematian Juliana.
Ayah Juliana Marins Kembali Kritik Indonesia
Manoel Marins, ayah Juliana, menyatakan kematian putrinya sebagai “masalah mengabaikan nyawa manusia”. Ia menekankan kurangnya infrastruktur dan sumber daya memadai sebagai penyebab utama tragedi ini.
Menurutnya, Indonesia, sebagai negara yang bergantung pada pariwisata, seharusnya memiliki infrastruktur dan layanan penyelamatan yang lebih baik di area wisata populer seperti Gunung Rinjani.
Upacara Pemakaman Juliana Marins di Brasil
Upacara pemakaman Juliana dihadiri oleh Ibu Negara Brasil, Janja da Silva, dan Menteri Kesetaraan Ras Brasil, Anielle Franco. Kehadiran mereka menunjukkan keprihatinan pemerintah Brasil atas insiden ini.
Awalnya, keluarga berencana untuk mengkremasi jenazah Juliana. Namun, atas saran Kantor Pembela Umum, jenazah dimakamkan untuk kemungkinan pemeriksaan lebih lanjut.
Keluarga menggelar dua sesi upacara pemakaman; satu sesi umum dan satu sesi khusus keluarga dan kerabat dekat. Kota NiterĂ³i memberikan penghormatan dengan menamai sebuah jalur di Praia do Sossego dengan nama Juliana.
Beredar Video Upaya Penyelamatan oleh Pemandu
Sebuah video beredar di media sosial memperlihatkan diduga pemandu Juliana, Ali Mustofa, berupaya menyelamatkan Juliana sebelum tim SAR tiba. Video tersebut diunggah di Instagram @rinjani.man.
Dalam video tersebut, terlihat Ali mencoba turun untuk mengevakuasi Juliana, namun hanya mampu mencapai jarak 100 meter karena keterbatasan peralatan dan pengalaman.
Meskipun mendapat apresiasi dari warganet, Ali sebelumnya telah masuk daftar hitam Taman Nasional Gunung Rinjani. Liputan6.com telah menghubungi pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani untuk konfirmasi, tetapi belum mendapatkan tanggapan.
Ali sendiri dalam wawancara sebelumnya menyatakan tidak meninggalkan Juliana, namun menunggu selama beberapa waktu sebelum menyadari jatuhnya Juliana ke jurang. Ia kemudian melaporkan kejadian tersebut pada agen tur dan meminta bantuan.
Berdasarkan keterangan Ali, Juliana membayar Rp 2,5 juta untuk paket wisata pendakian Gunung Rinjani.
Kasus kematian Juliana Marins menyoroti pentingnya standar keselamatan dan infrastruktur yang memadai di destinasi wisata populer di Indonesia. Peristiwa ini diharapkan menjadi pembelajaran berharga untuk meningkatkan keamanan dan memberikan layanan penyelamatan yang lebih optimal bagi para pendaki dan wisatawan.





