Jejak Sejarah: Mengungkap Akulturasi Tionghoa Kuno di Tangerang

Jejak Sejarah: Mengungkap Akulturasi Tionghoa Kuno di Tangerang
Sumber: Antaranews.com

Sungai Cisadane di Tangerang menyimpan kisah menarik tentang jejak sejarah etnis Tionghoa di Banten. Aliran sungai yang cukup lebar ini menjadi saksi bisu kedatangan rombongan etnis Tionghoa pada abad ke-15. Perjalanan mereka yang dipimpin Chen Chi Lung, awalnya sebuah misi bilateral dan perdagangan, justru berujung pada peristiwa penting yang membentuk sejarah percampuran budaya di wilayah tersebut.

Rombongan tersebut terdampar di muara Cisadane, atau Teluk Naga, akibat kerusakan kapal dan habisnya perbekalan. Mendapatkan izin dari Kerajaan Padjajaran, mereka akhirnya menetap. Peristiwa ini menandai awal akulturasi budaya Tionghoa di Tangerang dan sekitarnya.

Jejak Chen Chi Lung dan Lahirnya Cina Benteng

Kedatangan Chen Chi Lung dan rombongannya bukan hanya meninggalkan jejak sejarah, tetapi juga membentuk identitas baru. Kehadiran mereka, khususnya utusan perempuan, menarik perhatian pejabat Kerajaan Padjajaran.

Percampuran budaya dan darah antara etnis Tionghoa dan penduduk lokal pun terjadi. Keturunan mereka banyak menetap di Teluk Naga dan sekitarnya, terutama di sekitar benteng-benteng peninggalan Belanda di Kota Tangerang, khususnya Benteng Makassar. Dari sinilah muncul sebutan “Cina Benteng,” sebuah identitas yang melekat hingga kini pada keturunan etnis Tionghoa di Kota Tangerang.

Warisan Budaya Tionghoa di Tiga Lokasi Bersejarah

Perjalanan menelusuri jejak sejarah etnis Tionghoa di Tangerang dapat dimulai dari beberapa lokasi penting. Berikut adalah tiga tempat yang menyimpan cerita dan artefak berharga tentang sejarah Cina Benteng.

1. Klenteng Boen Tek Bio: Pusat Ibadah dan Persatuan

Klenteng Boen Tek Bio, salah satu klenteng tertua di Tangerang, berdiri tak jauh dari Sungai Cisadane. Bangunan abad ke-17 ini menjadi tempat ibadah sekaligus pusat persatuan bagi masyarakat Tionghoa di Tangerang.

Klenteng ini dibangun oleh para pedagang Tionghoa yang menetap di kawasan tersebut. Peran klenteng ini sangat penting dalam merayakan berbagai perayaan besar, seperti Imlek dan Cap Go Meh, memperkuat rasa kebersamaan dan identitas komunitas.

2. Roemah Boeroeng Tangga Ronggeng: Kisah Museum Kuliner

Tidak jauh dari Klenteng Boen Tek Bio, terdapat Roemah Boeroeng (Roemboer) Tangga Ronggeng. Awalnya, bangunan bergaya Tionghoa abad ke-18 ini adalah rumah seorang modiste kebaya encim ternama.

Setelah beralih fungsi menjadi sarang walet dan mengalami kerusakan, bangunan ini direstorasi oleh pengusaha dan budayawan Udaya Halim. Kini, Roemah Boeroeng Tangga Ronggeng difungsikan sebagai museum kuliner dan tempat penyelenggaraan acara-acara budaya. Nama “Tangga Ronggeng” merujuk pada tangga yang dulunya digunakan penari ronggeng menuju jamban di tepi Sungai Cisadane.

3. Museum Benteng Heritage: Menyimpan Kisah Masa Lampau

Museum Benteng Heritage, diperkirakan dibangun pada pertengahan abad ke-17, merupakan bangunan tertua di Pasar Lama, Tangerang. Bangunan ini berhasil diselamatkan oleh Udaya Halim pada tahun 2009.

Koleksi Museum Benteng Heritage sangat kaya dan beragam. Mulai dari hiasan naga, tulisan mandarin, lukisan, alat fengshui, timbangan kuno (termasuk untuk menimbang opium), furnitur kayu khas Tionghoa, porselen, patung dewa-dewa, buku terjemahan, hingga kebaya encim dan topi petani Tionghoa. Ukiran batu asli dekat atap museum juga menjadi daya tarik tersendiri.

Kesimpulan: Menggali Kekayaan Budaya Perpaduan

Jejak etnis Tionghoa di Tangerang tidak hanya sekedar catatan sejarah, tetapi juga kekayaan budaya yang hingga kini masih terasa. Melalui Klenteng Boen Tek Bio, Roemah Boeroeng Tangga Ronggeng, dan Museum Benteng Heritage, kita dapat lebih memahami proses akulturasi dan perpaduan budaya yang membentuk identitas unik Cina Benteng di Kota Tangerang. Ketiga lokasi tersebut merupakan bukti nyata betapa kaya dan berlapisnya sejarah percampuran budaya di Indonesia. Melestarikan tempat-tempat bersejarah ini penting untuk menjaga warisan budaya dan memperkaya pemahaman kita tentang sejarah bangsa.

Pos terkait