Jawa Tengah: 5 Strategi Menuju Sentra Industri Hijau Terdepan

Jawa Tengah: 5 Strategi Menuju Sentra Industri Hijau Terdepan
Sumber: Suara.com

Jawa Tengah gencar menarik investasi hijau untuk percepatan transisi energi. Hal ini dibuktikan dengan penyelenggaraan Central Java Renewable Energy Investment Forum 2025 di Semarang pada 26 Juni lalu. Kerja sama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Institute for Essential Services Reform (IESR) ini bertujuan untuk mempercepat transisi energi dan menarik investasi di sektor energi terbarukan.

Potensi Energi Terbarukan Jawa Tengah dan Komitmen Pemerintah

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, melalui sambutan Gubernur Ahmad Lutfi yang dibacakan oleh Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sujarwanto Dwiatmoko, menegaskan komitmennya dalam memfasilitasi investasi energi terbarukan. Program Desa Mandiri Energi menjadi contoh nyata dukungan pemerintah terhadap pengembangan energi baru terbarukan di tingkat desa.

Sujarwanto menekankan pentingnya transisi energi yang adil, berbasis kearifan lokal, dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Forum ini diharapkan mampu menjadi wadah kolaborasi efektif antara pemangku kepentingan, pelaku industri, dan investor.

Jawa Tengah memiliki potensi energi surya yang sangat besar, mencapai 194 GW. Hal ini menjadikan provinsi ini sebagai lokasi yang strategis untuk pengembangan energi terbarukan.

Tantangan dan Peluang Investasi Hijau di Jawa Tengah

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, mengungkapkan bahwa potensi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang layak secara finansial di Jawa Tengah mencapai 13,5 GW. Namun, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 hanya menargetkan pengembangan PLTS sebesar 3,8 GW.

Jawa Tengah memiliki keunggulan geografis dan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan industri hijau. Letaknya yang strategis di jalur utama perekonomian nasional, didukung oleh pelabuhan dan tol, serta daya saing ekonomi yang kompetitif, menjadi daya tarik tersendiri. Sektor manufaktur di Jawa Tengah pada 2023 menyumbang 34,03% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Realisasi investasi di Jawa Tengah periode 2020-2024 mencapai Rp88,44 triliun, termasuk PMA dan PMDN serta sektor UMKM. Singapura, Jepang, dan Tiongkok merupakan investor utama.

Langkah Strategis Menuju Jawa Tengah sebagai Pusat Industri Hijau

Untuk mencapai target bauran energi terbarukan 21,32% pada 2025 (saat ini baru 18,58%), IESR dan Pemprov Jateng meluncurkan Book of Prospect yang berisi 16 profil proyek energi terbarukan dengan potensi investasi USD 8,26 miliar (Rp 132 triliun).

IESR juga menyarankan lima langkah prioritas untuk Pemprov Jateng dalam memperkuat posisi sebagai pusat industri hijau.

  • Menyusun Peta Jalan Investasi Hijau 2025-2035 yang terintegrasi dengan target energi terbarukan, transformasi industri, dan infrastruktur.
  • Membentuk unit khusus investasi hijau yang memberikan layanan dan insentif bagi investor.
  • Membangun Kawasan Industri Hijau di lokasi strategis yang mendukung ekonomi sirkular dan teknologi bersih, termasuk untuk UMKM.
  • Menggandeng lembaga keuangan untuk menyediakan skema pembiayaan hijau yang inovatif.
  • Meningkatkan kapasitas SDM lokal melalui pelatihan keterampilan hijau dan kolaborasi riset dengan perguruan tinggi.

Fabby Tumiwa menambahkan bahwa arah investasi global kini bergeser ke aset-aset hijau yang sesuai prinsip ESG, dengan kawasan Asia Pasifik menjadi incaran investor. Jawa Tengah, dengan potensi energi terbarukan mencapai 201 GW dan infrastruktur yang memadai, memiliki peluang besar untuk memimpin peralihan energi bersih dan pembangunan ekonomi rendah emisi di Indonesia. Komitmen pemerintah dan dukungan investor menjadi kunci keberhasilan upaya ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *