Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menegaskan penolakan negaranya untuk mengurangi aktivitas nuklir hingga nol dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Pernyataan tegas ini muncul di tengah ketegangan yang meningkat antara Iran dan Israel pasca serangan besar-besaran Israel terhadap fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni 2025. Konflik ini telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa di kedua belah pihak, dan meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut di kawasan Timur Tengah.
Teheran Tolak Pengurangan Aktivitas Nuklir Hingga Nol
Presiden Pezeshkian menyampaikan kepada Presiden Macron kesediaan Iran untuk bekerja sama dan membangun kepercayaan dalam konteks aktivitas nuklir damai. Namun, ia dengan tegas menolak tuntutan pengurangan aktivitas nuklir hingga nol. Pernyataan ini disampaikan melalui situs web resmi kantor kepresidenan Iran pada Sabtu, 21 Juni 2025.
Iran menekankan komitmennya pada program nuklir untuk tujuan damai. Mereka siap memberikan jaminan atas niat tersebut.
Tuduhan Terhadap Israel dan Eskalasi Konflik
Pezeshkian menyalahkan Israel atas kegagalan upaya membangun kerja sama regional. Ia menuding Israel melakukan pelanggaran hukum internasional melalui berbagai aksi militer, termasuk pembunuhan komandan Hamas di Teheran pada Juli 2024 dan serangan baru-baru ini terhadap Iran. Serangan tersebut, menurut Pezeshkian, menghambat upaya Iran untuk menjalin hubungan yang baik dengan negara lain.
Pernyataan keras ini menggambarkan ketegangan yang mendalam antara Iran dan Israel. Keduanya telah saling menuduh melakukan pelanggaran dan eskalasi konflik.
Serangan Israel dan Balasan Iran
Serangan udara besar-besaran Israel pada 13 Juni 2025 menargetkan sejumlah situs nuklir dan militer Iran. Serangan ini mengakibatkan jatuhnya korban jiwa di kalangan petinggi militer dan ilmuwan nuklir Iran. Iran membalas serangan tersebut dengan menggunakan rudal dan drone.
Konflik ini berdampak luas pada kedua negara, dengan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang signifikan.
Tanggapan Prancis dan Upaya Perdamaian
Presiden Macron menegaskan bahwa Prancis tidak terlibat dan tidak mendukung serangan militer Israel terhadap Iran. Prancis mengutuk semua serangan terhadap pusat non-militer dan non-nuklir. Prancis, menurut Macron, fokus pada upaya menghentikan konflik dan meredakan ketegangan.
Prancis menekankan penghormatan terhadap kedaulatan negara dan penolakan terhadap tekanan dan ancaman sebagai solusi atas konflik.
Korban Jiwa dan Kerugian
Konflik yang terjadi telah mengakibatkan lebih dari 400 warga Iran tewas dan lebih dari 3.000 terluka, menurut Kementerian Kesehatan Iran. Di pihak Israel, serangan balasan Iran menyebabkan 24 warga sipil tewas. Angka-angka ini menunjukkan dampak kemanusiaan yang besar dari konflik tersebut.
Jumlah korban jiwa yang besar menunjukkan urgensi untuk segera menyelesaikan konflik ini secara damai.
Kesimpulannya, pernyataan Presiden Pezeshkian yang menolak pengurangan aktivitas nuklir Iran hingga nol mencerminkan kebuntuan dalam negosiasi dan semakin meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Respons Prancis, meskipun mengecam kekerasan, juga menunjukkan kompleksitas situasi dan tantangan dalam upaya perdamaian di tengah konflik yang telah menelan banyak korban jiwa. Situasi ini membutuhkan pendekatan diplomatik yang cermat dan komprehensif dari semua pihak yang terlibat untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mencapai penyelesaian damai. Ke depan, perlu ada upaya bersama dari komunitas internasional untuk mendorong dialog dan de-eskalasi, dengan fokus pada penghormatan terhadap kedaulatan negara dan penyelesaian perselisihan melalui jalur damai.





