Ketegangan geopolitik kembali meningkat antara Iran dan negara-negara Barat. Pernyataan kontroversial mantan Presiden AS Donald Trump memicu reaksi keras dari Teheran, yang kini meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengecam ancaman terhadap nyawa Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Permintaan ini menandai babak baru dalam hubungan yang sudah tegang antara ketiga negara tersebut.
Iran mendesak PBB untuk mengambil tindakan tegas atas ancaman yang dianggapnya sebagai pelanggaran serius hukum internasional. Respons Teheran ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman tersebut dianggap, dan menunjukkan keinginan mereka untuk mencari dukungan internasional.
Ancaman Trump dan Reaksi Teheran
Pernyataan mantan Presiden AS Donald Trump melalui platform Truth Social pada Jumat (27/6/2025) menjadi pemicu utama konflik ini. Trump mengklaim mengetahui lokasi Ayatollah Khamenei, namun secara mengejutkan menyatakan tidak akan membiarkan Israel atau militer AS yang mengakhiri hidupnya.
Pernyataan ini, yang dianggap sebagai ancaman terselubung, memicu kemarahan Iran. Pemerintah Iran menganggapnya sebagai provokasi yang tidak dapat dibiarkan begitu saja.
Perwakilan Tetap Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, mengirimkan surat resmi kepada sejumlah pejabat tinggi PBB, termasuk Sekretaris Jenderal Antonio Guterres. Surat tersebut menegaskan bahwa ancaman terhadap nyawa Ayatollah Khamenei merupakan pelanggaran serius terhadap Piagam PBB dan hukum internasional.
Pelanggaran Hukum Internasional dan Desakan PBB
Surat protes Iran menekankan bahwa ancaman Trump melanggar Pasal 2(4) Piagam PBB, yang melarang ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
Iran juga berpendapat bahwa ancaman tersebut melanggar prinsip-prinsip hukum internasional yang sudah mapan, termasuk hak kepala negara untuk tidak diganggu gugat. Teheran menilai tindakan ini sebagai hasutan untuk melakukan terorisme negara.
Surat tersebut ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB, Presiden Dewan Keamanan PBB Carolyn Rodriguez-Birkett, dan Presiden Majelis Umum PBB Philemon Yang. Iran mendesak PBB untuk mengutuk ancaman tersebut dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan akuntabilitas.
Konteks Geopolitik dan Klaim Kemenangan Iran
Ancaman ini muncul dalam konteks ketegangan yang terus meningkat antara Iran dan Amerika Serikat, serta Iran dan Israel. Ayatollah Khamenei sendiri baru-baru ini menyatakan kemenangan Iran atas Israel setelah konflik selama 12 hari.
Ia juga mengklaim Iran telah memenangkan konfrontasi dengan Washington menyusul serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran. Pernyataan-pernyataan ini menunjukkan keyakinan Iran akan posisinya di tengah ketegangan geopolitik regional.
Klaim kemenangan ini, meskipun dirayakan oleh pihak Iran, tidak diterima secara universal. Banyak pihak internasional yang meragukan klaim tersebut, dan menganggapnya sebagai propaganda. Situasi ini semakin memperkeruh suasana dan meningkatkan risiko eskalasi konflik.
Misi Tetap Iran di PBB juga menggunakan platform X (sebelumnya Twitter) untuk mengulang desakan mereka kepada para pejabat PBB untuk mengambil tindakan terhadap apa yang mereka sebut sebagai “retorika kriminal dan provokatif.” Langkah ini menunjukkan usaha Iran untuk memobilisasi dukungan internasional dan tekanan diplomatik. Ke depan, respons PBB terhadap permintaan Iran ini akan menjadi indikator kunci dari bagaimana komunitas internasional akan menanggapi ancaman tersebut dan, lebih luas lagi, upaya untuk mengelola ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat. Perkembangan situasi ini patut untuk terus dipantau mengingat potensinya untuk memicu konflik lebih lanjut.
