Rencana transformasi Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University menjadi Sekolah Teknik telah menimbulkan kontroversi. Tokoh-tokoh penting yang memiliki sejarah panjang dengan Fateta mengungkapkan keberatan mereka terhadap rencana tersebut.
Mereka berpendapat bahwa perubahan ini mengabaikan peran vital Fateta dalam sistem pangan nasional, serta sejarah dan kontribusi fakultas tersebut selama lebih dari enam dekade.
Fateta IPB: Lebih dari Sekadar Fakultas Teknik
Prof. Aman Wirakartakusumah, menekankan bahwa Fateta bukan hanya sebuah fakultas teknik biasa.
Fateta merupakan pusat keilmuan multidisiplin yang berperan penting dalam seluruh rantai sistem pangan Indonesia, dari hulu hingga hilir.
Ia menambahkan bahwa pertanian membutuhkan teknologi yang kuat, dan Fateta merupakan perpaduan unik antara ilmu teknik, ilmu alam, dan manajemen.
Peran Fateta sangat krusial dalam menghadapi isu pangan, gizi, energi, dan lingkungan menuju Indonesia Emas 2045.
Prof. Aman juga menyoroti ketidakselarasan epistemologis antara domain teknik dan teknologi, serta mempertanyakan konsekuensi hilangnya Fateta bagi visi dan misi IPB di bidang pertanian dan pengembangan teknologi.
Pertahankan Nilai Dasar Fateta: Pemimpin Pertanian Global
Prof. Florentinus Gregorius Winarno, pendiri dan mantan Dekan Fateta, turut mengungkapkan keprihatinannya.
Ia menekankan bahwa Fateta didirikan bukan hanya untuk mencetak insinyur, tetapi juga pemimpin pertanian global.
Prof. Winarno mengingat bagaimana ia membangun dosen-dosen berkelas dunia dan mendirikan 17 STM Pembangunan Pertanian yang kini menjadi SMK.
Ia menyayangkan memudarnya ruh kolaborasi yang menjadi ciri khas Fateta.
Menurutnya, Fateta adalah almamater yang telah membina banyak insan, bukan hanya sekadar struktur akademik yang bisa diubah tanpa mempertimbangkan nilai historis dan fungsinya.
Meskipun rencana perubahan disebut sebagai upaya memperkuat identitas keilmuan IPB, banyak pihak berharap transformasi Fateta justru memperkuat, bukan mereduksi, peran strategisnya.
Menjamin Keberadaan Fateta di IPB
Dekan Fateta IPB, Prof. Slamet Budijanto, menanggapi kritikan tersebut.
Ia memastikan bahwa Fateta akan tetap ada dan ilmunya akan diperkuat, bukan dilemahkan.
Pernyataan ini memberikan sedikit ketenangan di tengah polemik yang terjadi.
Namun, pernyataan tersebut perlu diikuti dengan langkah-langkah konkrit yang transparan agar dapat meyakinkan para pihak yang khawatir akan perubahan tersebut.
Kejelasan mengenai bagaimana integrasi Fateta ke dalam struktur Sekolah Teknik baru, serta bagaimana nilai-nilai dasar Fateta akan dipertahankan, sangat penting untuk meredakan kekhawatiran.
Polemik rencana perubahan Fateta IPB menyoroti pentingnya mempertimbangkan aspek historis, kontribusi, dan nilai-nilai dasar sebuah institusi pendidikan sebelum melakukan perubahan besar. Transparansi dan dialog terbuka sangat krusial agar transformasi ini berjalan sekaligus menjaga warisan dan peran vital Fateta dalam pembangunan pertanian Indonesia.