Inspirasi Kalpataru: Mamah Oday, Pahlawan Tanaman Obat Indonesia

Inspirasi Kalpataru: Mamah Oday, Pahlawan Tanaman Obat Indonesia
Sumber: Liputan6.com

Oday Kodariyah, atau Mamah Oday, menerima penghargaan Kalpataru Lestari 2025 di Kuta, Bali. Penghargaan ini diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq pada puncak acara Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2025.

Mamah Oday adalah salah satu dari 12 penerima penghargaan Kalpataru Lestari. Penghargaan ini diberikan kepada para penerima Kalpataru sebelumnya yang konsisten berkontribusi pada pelestarian lingkungan selama minimal lima tahun.

Perjuangan Mamah Oday Melestarikan Tanaman Obat

Sejak tahun 2018, Mamah Oday telah berdedikasi pada pelestarian keanekaragaman hayati di Kampung Manggu, Jawa Barat.

Ia fokus pada pelestarian sumber genetik tanaman obat, melalui pelatihan dan pengenalan budidaya tanaman obat kepada masyarakat.

Usianya yang 72 tahun tak menyurutkan semangatnya. Ia mendirikan Yayasan KTO Sari Alam sebagai kawasan konservasi.

Yayasan ini juga berperan dalam pengkaderan 900 anak sebagai duta lingkungan.

Para duta muda ini dibekali pengetahuan pencegahan dan pengobatan penyakit menggunakan tanaman obat.

Kisah di Balik Dedikasi Mamah Oday

Perjalanan Mamah Oday berawal dari pengalaman pribadinya.

Ia pernah mengidap kanker pada tahun 1991-1993. Pengalaman ini membawanya untuk mempelajari khasiat tanaman obat.

Mamah Oday menjalin kemitraan dengan Yayasan KEHATI untuk pelatihan dan pengenalan tanaman obat.

Kolaborasi ini menghasilkan Global Herbspreneur Academy, sebuah pusat pelatihan.

Ia juga mengembangkan herbarium dan laboratorium herbal untuk pengobatan klinis dan tradisional.

Kini, Mamah Oday membudidayakan sekitar 900 jenis tanaman obat di lahan seluas empat hektare.

“Saya jatuh cinta dengan tanaman obat karena saya sendiri merasakan khasiatnya,” ungkap Mamah Oday.

Kalpataru Lestari 2025: Apresiasi atas Dedikasi Panjang

Penghargaan Kalpataru Lestari 2025 diberikan kepada 12 individu dan kelompok.

Mereka dipilih berdasarkan konsistensi dan dampak positif kegiatan pelestarian lingkungan selama minimal lima tahun.

Berikut daftar lengkap penerima Kalpataru Lestari 2025:

  • Paris Sembiring (Medan, Sumut): pengembang bibit pohon lebih dari 30 juta.
  • LSM Bahtera Melayu Bengkalis (Kabupaten Bengkalis, Riau): pelestarian mangrove.
  • Sadiman (Kabupaten Wonogiri, Jateng): penanaman berbagai jenis tanaman di lereng Gunung Lawu sejak 1996.
  • Oday Kodariyah (Kabupaten Bandung, Jabar): pelestarian tanaman obat-obatan.
  • Desa Adat Penglipuran (Kabupaten Bangli, Bali): pelestarian hutan bambu seluas 75 hektare.
  • TGH. Hasanain Juaini (Kabupaten Lombok Barat, NTB): penghijauan lahan kritis.
  • Kelompok Nelayan Prapat Agung Mengening Patasari (Kabupaten Badung, Bali): penyelamatan sungai dan mangrove.
  • Hamzah (Kabupaten Banjar, Kalsel): pengembangan hutan rakyat seluas 100 hektare.
  • Masyarakat Dayak Iban Menua Sungai Utik (Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar): pelindung dan penyelamat hutan hujan tropis seluas 9.504 hektare.
  • Herman Sasia (Kabupaten Sigi, Sulteng): pelestarian burung maleo.
  • Kelompok Pencinta Alam Isyo Hill’s Rhepang Muaif (Kota Jayapura, Papua): pengelolaan hutan dan ekowisata.
  • Timotius Hindom (Kabupaten Fakfak, Papua Barat): penghijauan lahan kritis.

Penghargaan Kalpataru Lestari 2025 menjadi bukti nyata apresiasi pemerintah terhadap komitmen para pelestari lingkungan. Dedikasi Mamah Oday dan para penerima penghargaan lainnya menginspirasi upaya pelestarian lingkungan yang berkelanjutan di Indonesia.

Kisah Mamah Oday juga menjadi contoh nyata bahwa upaya pelestarian lingkungan dapat berawal dari hal sederhana, namun memberikan dampak yang luar biasa bagi keberlangsungan hidup manusia dan alam.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *