Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan tanggapan terkait usulan menghidupkan kembali Piala Indonesia setelah vakum selama enam tahun. Beliau menyatakan dukungannya terhadap rencana tersebut, namun menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek praktis penyelenggaraan. Keputusan ini didasari atas berbagai faktor, termasuk jadwal pertandingan yang padat dan tantangan geografis Indonesia.
Permintaan untuk menghidupkan kembali Piala Indonesia datang dari berbagai kalangan pencinta sepak bola Tanah Air. Kompetisi ini dianggap penting untuk memajukan sepak bola Indonesia di level klub.
Tantangan Geografis dan Jadwal Padat
Indonesia memiliki luas wilayah yang sangat besar dan terdiri dari ribuan pulau. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam penyelenggaraan Piala Indonesia.
Erick Thohir mencontohkan, perjalanan antar kota pertandingan bisa memakan waktu hingga delapan jam penerbangan. Belum lagi jarak tempuh menuju negara lain untuk laga internasional.
Klub-klub sepak bola Indonesia saat ini sudah memiliki jadwal yang sangat padat. Mereka berlaga di Liga 1, dan beberapa klub juga berpartisipasi di turnamen antarklub Asia.
Penambahan Piala Indonesia akan menambah beban jadwal yang sudah padat ini. Hal ini berpotensi meningkatkan risiko cedera pemain dan kelelahan.
Bujet Operasional dan Waktu Pemulihan
Biaya operasional untuk Piala Indonesia diperkirakan akan cukup besar. Ini meliputi biaya perjalanan, akomodasi, dan lain-lain.
PT LIB telah menyampaikan kekhawatiran terkait hal ini kepada PSSI. Klub-klub juga menyampaikan kesulitan dalam mengatur jadwal yang semakin padat.
Erick Thohir menjelaskan, jika Piala Indonesia digelar, klub harus mengatur jadwal dengan sangat ketat. Waktu pemulihan pemain akan sangat terbatas, meningkatkan risiko cedera.
Terlebih, ketersediaan pemain berbakat di Indonesia masih terbatas. Cedera pemain inti akan sangat merugikan tim, baik di level klub maupun tim nasional.
Mencari Solusi dan Kalender Pertandingan
Erick Thohir menegaskan kembali dukungannya terhadap Piala Indonesia. Namun, penyelenggaraannya harus mempertimbangkan kalender pertandingan yang ada.
Saat ini, belum ada celah waktu yang memungkinkan untuk menggelar Piala Indonesia di musim 2025/2026 tanpa mengganggu kompetisi lain.
Beliau juga menekankan pentingnya berpikir realistis dan tidak hanya terpaku pada aspek popularitas. Keputusan ini diambil untuk menghindari risiko yang lebih besar di kemudian hari.
Piala Indonesia terakhir kali digelar pada tahun 2019, dengan PSM Makassar keluar sebagai juara. Erick Thohir berharap, kelanjutan kompetisi ini bisa terwujud di masa depan, asalkan didukung oleh perencanaan dan penjadwalan yang matang.
Meskipun beliau memahami potensi hujatan dari publik, Erick Thohir tetap berkomitmen pada proses yang berkelanjutan dan terukur. Prioritas utama tetap menjaga kesehatan pemain dan kelancaran kompetisi sepak bola Indonesia secara keseluruhan.