Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menghimbau masyarakat Indonesia untuk menahan diri dan tidak membalas dengan rating buruk destinasi wisata Brasil. Imbauan ini dikeluarkan menyusul adanya aksi balasan rating buruk oleh warganet Indonesia terhadap destinasi wisata Brasil, sebagai respon atas rating buruk yang diberikan warga Brasil terhadap Gunung Rinjani. Hal ini dipicu oleh insiden kecelakaan yang menimpa turis Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani pada Juni 2025.
Kemenpar memahami kekecewaan warga Brasil, namun menilai perang rating antar negara bukanlah solusi tepat. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar, Hariyanto, menekankan pentingnya menahan diri dan memahami duka keluarga korban. Ia menyarankan pendekatan yang lebih konstruktif, seperti penyampaian informasi yang akurat.
Perang Rating Destinasi Wisata Indonesia – Brasil
Insiden kecelakaan Juliana Marins di Gunung Rinjani memicu reaksi berantai di media sosial. Warga Brasil memberikan rating satu bintang untuk Gunung Rinjani.
Sebagai balasan, warganet Indonesia memberikan rating buruk pada beberapa destinasi wisata di Brasil. Beberapa komentar bahkan menyebarkan informasi yang tidak akurat, seperti menyebut Hutan Amazon dipenuhi ular atau sulit menemukan bubur ayam.
Hariyanto menekankan pentingnya menghindari eskalasi konflik digital ini. Ia berharap masyarakat dapat menahan diri dan fokus pada upaya pemulihan citra pariwisata Indonesia.
Pentingnya Pengawasan SOP Pendakian Gunung Rinjani
Insiden ini juga menyoroti perlunya pengawasan ketat terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) pendakian Gunung Rinjani. SOP yang tertuang dalam SK Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Nomor 19 Tahun 2022, mewajibkan pendakian didampingi pemandu bersertifikat dan porter.
Namun, pengawasan yang lebih ketat diperlukan untuk memastikan SOP tersebut dipatuhi. Kemenpar, bersama Kementerian Kehutanan, Basarnas, dan pemerintah daerah, akan melakukan perbaikan SOP pendakian Rinjani. Upaya ini meliputi skrining ketat pendaki di pos pendakian awal, termasuk pengecekan kesehatan dan briefing.
Meningkatkan Keselamatan Pendakian dan Tata Kelola Pariwisata
Hariyanto juga memberikan pesan kepada wisatawan yang ingin mendaki gunung ekstrim. Penting untuk memahami peraturan, standar keselamatan, persiapan yang diperlukan dan risiko yang mungkin terjadi.
Wisatawan juga harus memastikan agen perjalanan dan pemandu yang digunakan sudah bersertifikat dan menjalankan SOP. Jika standar keselamatan tidak dapat dipenuhi, wisatawan disarankan untuk tidak memaksakan diri mendaki.
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, berencana mengevaluasi total prosedur keamanan pendakian di Taman Nasional Gunung Rinjani. Evaluasi ini bertujuan untuk perbaikan signifikan dalam kegiatan pendakian.
Beberapa usulan muncul untuk meningkatkan keselamatan pendakian. Salah satunya adalah penerapan gelang RFID (Radio Frequency Identification) untuk memantau pendaki. Penerapan gelang RFID ini direncanakan akan segera diimplementasikan, mengikuti jejak Gunung Merbabu.
Selain itu, usulan lain adalah adanya syarat pendakian yang mempertimbangkan tingkat kesulitan masing-masing gunung. Hal ini untuk meningkatkan keamanan, mengingat kondisi dan tingkat kesulitan gunung di Indonesia beragam.
Menhut juga menekankan pentingnya peran pemandu, porter, dan petugas lapangan dalam menjaga keselamatan pendaki. Ia mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan keselamatan pendakian.
Peristiwa ini menjadi pembelajaran berharga bagi pengelolaan destinasi wisata ekstrem. Perbaikan SOP, pengawasan yang ketat, dan edukasi kepada wisatawan menjadi kunci untuk mencegah insiden serupa di masa depan. Prioritas utama adalah keselamatan dan keamanan wisatawan, serta menjaga citra pariwisata Indonesia di mata internasional.





