Manchester United, klub raksasa Inggris, selalu menjadi pusat perhatian dunia sepak bola. Namun, perjalanan mereka dalam mencari pelatih ideal tak selalu mulus. Sejumlah manajer top dunia pernah menolak pinangan Setan Merah, sebuah fakta menarik yang mencerminkan kompleksitas pengelolaan klub sebesar MU.
Sejak era Sir Alex Ferguson berakhir pada Mei 2013, MU telah berganti-ganti pelatih. David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, Ole Gunnar Solskjaer, dan kini Erik ten Hag, masing-masing meninggalkan jejaknya—namun tak semuanya berbuah manis. Kegagalan meraih konsistensi prestasi membuat manajemen klub terus mencari sosok yang tepat.
6 Pelatih Top yang Menolak Manchester United
Ada beberapa nama besar yang menolak tawaran melatih Manchester United. Alasan mereka beragam, mulai dari komitmen di klub lain hingga ketidaksetujuan dengan cara pengelolaan klub.
Berikut enam pelatih top yang pernah menolak kesempatan memimpin Manchester United, beserta alasan di balik penolakan tersebut.
Pep Guardiola: Kesempatan yang Hilang?
Jordi Cruyff, mantan pemain Manchester United, pernah mengungkapkan bahwa Pep Guardiola hampir bergabung dengan MU pada 2013, sebelum akhirnya klub memilih David Moyes. Guardiola dinilai cocok dengan gaya bermain dan filosofi yang diinginkan MU kala itu.
Cruyff menjelaskan bahwa terdapat peluang besar bagi Guardiola untuk bergabung, namun akhirnya hal tersebut tidak terwujud. Keputusan MU untuk memilih pelatih lain menjadi titik balik yang cukup signifikan dalam sejarah klub.
Jurgen Klopp: Ketidaksetujuan dengan Manajemen
Jurgen Klopp secara terbuka mengakui pernah menolak tawaran Manchester United pada 2013 dan 2015. Ia lebih memilih menyelesaikan tugasnya di Borussia Dortmund sebelum menerima tantangan baru. Komitmennya terhadap klub yang sedang dibesutnya sangat kuat.
Robbie Fowler, legenda Liverpool, mengungkapkan bahwa Klopp menolak tawaran MU karena ketidaksukaannya terhadap cara manajemen klub yang terlalu fokus pada aspek komersial. Ia lebih menyukai lingkungan di Liverpool, yang dinilai menyeimbangkan antara ambisi prestasi dan identitas klub.
Arsene Wenger: Kesetiaan pada Arsenal
Arsene Wenger hampir direkrut Manchester United untuk menggantikan Sir Alex Ferguson pada 2002. Namun, kesetiaannya kepada Arsenal dan hubungannya dengan David Dein, wakil ketua Arsenal, membuatnya menolak tawaran tersebut. Wenger memiliki ikatan kuat dengan klub yang telah lama ia pimpin.
Martin Edwards, mantan ketua Manchester United, mengkonfirmasi minat klub terhadap Wenger. Wenger dianggap sebagai pilihan utama, namun pada akhirnya ia memutuskan untuk tetap setia pada Arsenal.
Zinedine Zidane: Tak Tertarik Premier League?
Zinedine Zidane sering dikaitkan dengan Manchester United, namun ia selalu menepis rumor tersebut. Laporan media Spanyol menunjukkan bahwa Zidane kurang tertarik dengan tantangan di Premier League.
Meskipun rumor kepindahannya sempat ramai, Zidane pada akhirnya menolak tawaran untuk menggantikan Ole Gunnar Solskjaer. Ia dikabarkan lebih tertarik untuk melatih tim nasional Prancis.
Carlo Ancelotti: Prioritas Real Madrid
Pada 2013, Manchester United mencoba merekrut Carlo Ancelotti. Namun, Ancelotti sedang bernegosiasi dengan Real Madrid dan merasa lebih tepat untuk melanjutkan pembicaraan dengan klub Spanyol tersebut.
Ancelotti mengakui hubungan baiknya dengan Sir Alex Ferguson, namun ia memilih Real Madrid. Keputusan ini menunjukkan prioritasnya untuk bergabung dengan klub yang sedang berada dalam proses negosiasi.
Roberto Mancini: Komitmen pada Timnas Italia
Roberto Mancini juga didekati Manchester United untuk menggantikan Ole Gunnar Solskjaer pada awal 2022. Namun, komitmennya sebagai pelatih Timnas Italia dan kesuksesan baru-baru ini memenangi Piala Eropa membuatnya menolak tawaran tersebut.
Selain komitmennya terhadap Timnas Italia, Mancini juga memiliki rekam jejak yang cukup baik di Premier League saat membesut Manchester City. Oleh karena itu, ia harus mempertimbangkan semua hal sebelum menerima tawaran baru.
Kisah para pelatih top yang menolak Manchester United menyoroti betapa kompleksnya perjalanan sebuah klub besar dalam mencari sosok yang tepat. Bukan hanya kualitas kepelatihan, tetapi juga faktor budaya klub, visi manajemen, dan ambisi pribadi pelatih yang turut menentukan keputusan. Ini menjadi pelajaran berharga bahwa kesuksesan sebuah klub tidak hanya ditentukan oleh pemain bintang, tetapi juga oleh kecocokan antara pelatih dan lingkungan klub itu sendiri.